Mau belajar tips penataan makanan? Yuk, simak di sini!
Kalau kamu suka masak atau gemar menonton acara masak-memasak, pasti familier sama yang namanya ‘food plating‘. Cara menata dan menyajikan makanan di atas piring atau peranti lainnya dengan memerhatikan posisi dan komposisi makanan untuk menunjukkan nilai seni dan cita rasa tinggi ini biasanya dilakukan oleh chef profesional. Tujuannya nggak cuma untuk menghias, tampilan makanan yang menarik ini juga diharapkan bisa menambah selera makan.
Nggak cuma chef profesional saja lo yang bisa food plating, kamu pun bisa mempraktikannya juga agar hasil masakanmu jadi naik kelas. Berikut Tips dan Panduan Penataan Makanan di Piring agar Bisnis Kuliner Menguntungkan:
1. Memilih piring saji
Memilih piring jadi hal pertama yang harus diperhatikan untuk penataan makanan yang menggugah selera sekaligus menguntungkan bisnis. Berikut beberapa hal yang jadi pertimbangan dalam memilih piring saji:
Tipe -> Bayangkan sajian makanannya adalah sebuah lukisan yang indah, sementara piringnya adalah kanvasnya. Makanan adalah titik fokus dan karenanya piring adalah medium agar perhatian orang tetaplah ke makanan. Karena itu, gunakan piring polos (umumnya putih), dan bentuknya sesuaikan dengan kebutuhan konsumsinya (bundar atau persegi).
Ukuran -> Pilih ukuran yang proporsional. Besarnya cukup agar tampilan makanannya terfokus, tapi juga jangan terlalu besar agar tidak terkesan porsi makanannya kecil.
Warna -> Warna putih paling banyak dipakai bisnis kuliner untuk piring saji, karena sifatnya yang netral. Putih cocok dengan semua warna makanan dan cukup kontras untuk menonjolkan kesan yang diinginkan. Memilih warna lain tentu saja dibolehkan, asalkan penampilan makanan tetap nomor satu.
Baca Juga: 7 Jenis Jasa Katering yang Bisa Digunakan di Indonesia
2. Mengatur letak dan porsi makanan di piring
Rules of Third -> Selain warna, cara meletakkan komposisi makanan di atas piring juga penting. Rules of Third mengatur titik fokus penataan makanan diletakkan di bagian agak tepian piring, bukannya di tengah. Karena itu jarang ada lauk atau bahan utama ditempatkan di tengah, melainkan sedikit agak keluar dan saling merapat.
Komposisi ibarat jam -> Bayangkan piring adalah jam, maka dari sudut pandang yang makan: bahan makanan protein (ayam, daging, ikan, telur) diletakkan di antara jam 3 dan 9. Bahan karbohidrat (nasi, kentang, dsb) di antara jam 9 dan 12, dan sisanya bagian sayuran di antara jam 12 dan 3.
Meletakkan bahan basah dan kering -> Kecuali memang sajiannya bercampur, maka aturan umumnya adalah bahan basah di dasar piring, baru kemudian bahan-bahan padat di atasnya. Ini karena bahan basah sering kali bergerak-gerak mengalir saat diantarkan, jadi perlu makanan padat untuk “mengunci”-nya di tempat. Selain itu, meletakkan yang basah di dasar piring tidak mengganggu tekstur makanan yang renyah di bagian atas.
Selalu hidangkan dalam jumlah ganjil-> Jika menyajikan makanan yang bentuknya kecil-kecil (misal udang, kentang, atau lumpia), maka hidangkan sejumlah ganjil (tiga, lima, dan seterusnya). Jumlah yang ganjil terlihat lebih menarik, dan mengesankan bagi konsumen bahwa ia mendapatkan lebih banyak.
Jangan terlalu sesak -> Temukan fokus di piring, misal bagian protein atau lauknya. Selama bahan lain sudah masuk, titik fokus di piring ditonjolkan lebih besar, sementara bahan-bahan pelengkap lain tetap kelihatan menarik.
3. Perhatikan detail
Warna dan kontras penampilan -> Setelah menggunakan piring warna netral (misal putih), saatnya mengatur komposisi warna makanannya. Selain titik fokusnya diletakkan di bagian protein atau karbohidrat, selanjutnya memakai warna-warna cerah dan menarik ikut menambah indahnya penampilan. Warna-warna tambahan bisa didapatkan dari saus, kacang-kacangan sayur, atau garnish yang sesuai.
Menata agak tinggi dan menonjol -> Terlepas dari besar/kecil porsinya, penataan makanan agak membubung selalu menarik dan menggugah selera makan. Itulah kenapa sering kali batang sereh, bahan gorengan atau sayuran disandarkan di atas potongan steak. Dan nasi juga sering kali dicetak agar bentuknya lebih menonjol di piring.
Bermain tekstur untuk menambah sentuhan -> Letakkan makanan kering dan garing di atas saus yang cair, atau tambahan bahan renyah yang menyeimbangkan tekstur nasi atau bubur yang lembut.
4. Hiasi dengan saus
Jumlah dan cara menambahkan saus di atas sajian -> Sebarkan saus tipis-tipis di sekitar makanan, jangan terlalu banyak apalagi memendam di tengah. Jika saus adalah bagian tambahan dari bahan utama dan jumlahnya banyak, tempatkan di wadah terpisah.
5. Tambahkan garnish yang sesuai
Pilih garnish yang bisa dimakan -> Garnish tidak sekadar penghias makanan, melainkan pelengkap rasa dan tekstur. Gunakan garnish yang bisa dimakan (misal lada, bawang goreng, atau kacang polong) sehingga ikut melengkapi rasa, bukan merusaknya.
Letakkan garnish dengan benar dan sesuai -> Di banyak sajian garnish ditabur dengan elegan (tidak terlalu banyak) di bagian atas makanan utama, tidak dipisahkan apalagi ditaruh di pojok sendirian. Hindari pula memakai bahan-bahan yang merusak selera sebagai garnish (misal buah-buahan asam yang tidak nyambung) atau bahan-bahan berbau tajam.
Mengingat di Indonesia ada banyak sekali jenis sajian makanan dan tradisi menyantap yang beragam pula, ilmu penataan makanan sangat bisa disesuaikan dengan kebiasaan dan budaya masing-masing daerah.
Jadi selain tips-tips dasar di atas, ada beberapa hal lain yang dapat dikembangkan sendiri dan jadi aturan pelayanan standar di usaha kuliner Anda. Misal, cara meletakkan makanan di meja konsumen, cara meletakkan keranjang saus dan garam di warung-warung makanan berkuah, dan banyak lagi. Kreativitas dan percobaan praktis adalah cara jitu untuk menguasai penataan makanan agar menggugah selera konsumen dan membantu bisnis semakin maju.
Demikian tips penataan makanan (food plating) kali ini, dan Apakah anda sedang mencari makanan kuliner ?